Laman

screamo

screamo

Senin, 19 April 2010

London

Experts say that homes in London are the most expensive in the world. Property in the most desirable areas of the city average $2,300 per sq. foot, compared to $1,900 in New York City. The reason for the high prices is largely that London is, from a business perspective, a perfect place to live. Its time zone means that businesses have overlapping business hours with companies in the US and the Middle East and the fact that more than 50% of the housing market is owned by foreign buyers reinforces the city's position as an global hub. From all appearances, the trend of rising property prices will continue as the number of Asian buyers, which has grown by 60% in the last five years, is still on the rise, bringing new business and more money into the city.

fanrbrough

fotonya kecil bgt ampe' gak keliatan tapi dia koq gak ada yaw??????

London

London adalah ibukota kerajaan Inggris dan merupakan kota terpenting dalam Negara-negara persemakmuran karena merupakan pusat perbankan, pusat bisnis, dan pemerintahan. Begitu pula Parlemen Inggris, Departemen Negara, kediaman Perdana Menteri, dan Istana Buckingham dimana Ratu Inggris tinggal, semuanya ada di London.
Keberadaan London tidak hanya sebagai kota terbesar di Inggris tetapi juga salah satu kota terbesar di dunia. Lebih dari 7 juta penduduk tinggal di Greater London, termasuk di pinggiran kota dan daerah-daerah sekitarnya.
Kata ‘London’ sendiri dapat memiliki arti yang berbeda bagi para Londoners/penduduk London. Seseorang mungkin beranggapan sebagai Borough (kecamatan), daerah dimana dia tinggal, yang lain mungkin menganggapnya sebagai West End/bagian barat Greater London, daerah perbelanjaan dan pusat teater di London. Ada juga yang menganggap London sebagai Westminster, tempat dimana pemerintahan berada. Bagi kebanyakan pengunjung, London bagi mereka adalah kota asli dan bagian yang paling bersejarah di London, sedangkan bagi para pelaut seluruh dunia, London identik dengan Pelabuhan London yang memiliki beberapa mil panjang dermaga.
Pemerintahan
Daerah pemerintah London terbagi menjadi beberapa bagian. Greater London, daerah terbesar mencakup area sebesar 616 mil persegi, termasuk didalamnya Kota London, dan 32 kecamatan London (London Boroughs), meliputi Middlesex, sebagian besar Essex, Kent Surrey dan Hertfordshire. Dewan Greater London menyediakan pelayanan yang dibutuhkan seluruh area, sedangkan Pemerintah Lokal di London menjalankan petunjuk-petunjuk Dewan Borough (Borough Council). Populasi rata-rata borough adalah 250.000 orang. Borough Council juga menangani bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan tiap perwakilan.
Perkembangan Kota
London
Dengan memahami sejarahnya, akan mudah bagi kita mengetahui lebih jauh tentang London. London tidak dibangun berdasarkan suatu rencana, namun berkembang dari kota-kota kecil yang terpisah. Bersamaan dengan dibangunnya perumahan diantaranya, kota-kota tadi ikut menyebar dan kemudian mereka bersama membentuk kota yang lebih besar.
Pada tahun 43 SM, bangsa Romawi tiba di Britain, mereka membentuk kota bernama Londonium di tepi daratan dekat Sungai Thames. Mereka membangun tembok di sekeliling kota dan sebuah jembatan pertama yang membentang diatas Sungai Thames. Pedagang dan pengrajin berdatangan dan tinggal di Londonium hingga sekitar abad ke-3 Masehi, penduduk kota itu mencapai 15.000 orang. Setelah bangsa Romawi meninggalkan Britain pada abad ke-5, London menjadi tak berpenghuni namun tidak bertahan lama karena pada abad ke-9 Raja Alfred Agung membangun kota kembali, memperbaiki tembok peninggalan Romawi dan memasang beberapa pertahanan baru.
Saat William Sang Penakluk menginvasi Inggris tahun 1066, London menjadi tempat hunian tetap bagi orang-orang yang mengelola sendiri urusan dan keperluan mereka. Para Londoners bersedia mengangkat William menjadi raja dan pemimpin oleh karena William menjanjikan kesempatan untuk terus menikmati hak kebebasan dan hak istimewa yang lain pada mereka. William membangun kastil/istana sebagai penjaga Jembatan London. Bangunan pertahanan ini, The White Tower /Menara Putih, merupakan asal mula dari The Tower of London/Menara London. Di kemudian hari, disekelilingnya dibangun tembok luar dan menara lain, tidak ada yang dapat menembusnya.
Menara merupakan tempat kediaman Raja yang akhirnya menjadi sebuah penjara. Menara penjara ini mengingatkan kembali pada sejumlah kenangan pahit, karena banyak pejabat dan bangsawan yang menentang maupun yang berkaitan dengan pembelotan terhadap Raja dan Ratu dibebaskan dan dibunuh disana. Pengunjung masih dapat melihat tempat dimana ibu Ratu Elizabeth I, Anne Bolleyn, dipenggal tepatnya di menara hijau (The Green Tower). Sekarang menara itu menjadi museum tempat mahkota permata disimpan. Sejumlah burung gagak besar bertengger di dinding dan penjaga penjara berkostumkan petani, dikenal dengan nama Beefeaters, menemani pengunjung untuk berkeliling.



Kota Tua London berada disepanjang sungai Thames mulai dari menara dibalik Katedral St Paul. Pada abad ke-11 katedral pertama berdiri ditempat bekas gereja tua yang terbakar. Hingga saat ini katedral tersebut masih berada disana. Menjelang abad pertengahan London menjadi kota terkaya di Inggris, disamping itu juga sebagai pelabuhan penting dan pusat perkapalan dan kerajinan. Oleh karena hidup diluar tembok kota telah jauh dari bahaya, pinggiran kota mulai berkembang. Pedagang dan pejabat mulai membangun rumah disepanjang tepi sungai yang juga dekat dengan daratan tepi sungai Thames dan mengarah pada arah Barat menuju Westminster.
Mereka juga membangun apartemen di Fleet Street dimana terdapat sungai kecil yang bermuara ke sungai Thames. Fleet Street saat ini menjadi pusat publikasi koran di Inggris. Karena perdagangan meningkat, kota berdinding ini menjadi padat. Pengrajin bertempat tinggal diseberang toko mereka dan menjual dagangannya sepanjang jalan sempit dan berliku-liku. Toko-toko yang menjual barang sejenis dijadikan satu. Nama jalan pun mencerminkan barang yang dijual antara lain : Milk Street, Goldsmith’ s Row, Bread Street, Pudding Lane dan sebagainya.



Suatu kebakaran yang terjadi di toko Pudding Lane memicu kebakaran besar di London pada tahun 1666. Api melahap bangunan-bangunan beratap kayu selama 5 hari. Raja mengirim pasukan untuk membantu memadamkan api, tapi api terlanjur membumi hanguskan sebagian besar Kota Lama diantaranya Menara dan Katedral St. Paul. Kebakaran itu menjadi bencana ke-2 yang melanda London. Kota Lama London sebelumnya sangat kotor dan sangat padat, sekitar 500.000 orang tinggal di kota dan pinggirannya. Orang-orang miskin tinggal di sepanjang sungai Thames sebelah timur menara dibelakang dermaga. Di bagian utara dan barat tembok, banyak perkampungan kumuh yang memadati lahan dan tersebar disela-sela apartemen. Terjadi wabah pada salah satu perkampungan kumuh itu, St. Giles. Selama tahun 1665 wabah tersebut menimbulkan korban jiwa hampir 100.000 orang atau 1 dari 5 penduduk London.
Kedua tragedi itu mengubah kota London. Kota itu kemudian dibangun kembali dengan hukum baru yang ditujukan untuk pemeriksaan dini pada perkampungan kumuh dan mencegah serta menyingkirkan segala hal yang dapat memicu terjadinya api. Mulai saat itu, rumah-rumah harus dibangun dengan batu bata atau batu sebagai pengganti kayu. Jalan-jalan diperlebar, namun pemerintah kota tidak berani mengambil sikap atas saran dari arsitek terkenal Inggris, Sir Christopher Wren. Dia menawarkan rencana utama membangun kembali kota dengan cara yang lebih leluasa dan modern, namun rencana itu ditolak. Dibalik itu, Wren tetap mendapat kesempatan untuk mengubah wajah kota London. Dia membangun kurang lebih 50 gereja, sama halnya dengan rumah sakit dan bangunan yang lain. Yang terpenting, dialah yang mendesain Katedral St. Paul yang masih berdiri hingga saat ini.
Diantara bangunan utama lain di kota terdapat Royal Exchange, yang lebih unggul dari Large Golden Grashopper, dan bank terkenal dunia Bank of England, selesai dibangun 1734. Lokasinya ada di Threadneedle Street yang sering dikenal dengan The Old Lady of Threadneedle Street. Setiap pagi hari banyak pria, rapi mengenakan jas kantor dan topi bulat hitam sambil membawa payung yang terlipat, pergi bekerja ke kantor di kota. Mereka kembali ke rumah pada malam hari, dan jantung perbisnisan di Inggris seketika berubah menjadi sunyi senyap.
Banyak kota yang lolos dari pemboman Perang Dunia II yang dimulai pada saat kebakaran hebat tahun 1666. Setelah kebakaran itu, banyak kota pinggiran dibangun di sekitar kota London, dan terus berkembang ke barat sepanjang tepi sungai yang kemudian bergabung dengan kota kecil lain, Westminster.

Westminster.
Westminster adalah desa yang paling penting dari semua desa yang menjadi bagian dari Greater London. Pada abad pertengahan, para pendeta Anglo-Saxon membangun Abbey/gereja besar dekat sungai Thames (tempat Westminster Abbey sekarang). Para raja dimahkotai di Abbey sejak pemerintahan William Sang Penakluk. Di dekatnya ada istana Raja Edward Si Saksi Iman. Mulai saat itu, Westminster menjadi tempat kedudukan pemerintahan Inggris hingga sekarang. Gedung Parlemen berdiri di tempat istana Raja Edward berada, Victoria Tower merupakan salah satu ujung dari gedung-gedung besar dan Big Ben berada pada ujung yang lain.
Big Ben berdentang tiap jam dan dapat terdengar hingga jarak yang jauh. Agak jauh di sebelah barat, Henry VIII mengubah sebuah rumah sakit lama menjadi istana St. James, meski keluarga kerajaan telah menjadikan London rumah di istana Buckingham selama lebih dari 1 abad. Raja Henry memagari daerah sekitar St. James untuk dijadikan taman rusa dimana dia bisa berburu. Bagian ini yang nantinya menjadi Hyde Park.
Diantara istana dan barisan prajurit di bawah dekat Whitehall adalah Taman St. James. Ratu Elisabeth II bertempat tinggal di istana Buckingham, letaknya diantara Taman Hyde dan Westminster. Istana itu menjadi kediaman kerajaan pada abad 19. Penjaga berbaju merah dan topi tinggi hitam berambut berparade naik turun didepan istana. Salah satu pemandangan di London adalah pergantian penjaga tiap pagi hari dan pengunjung dapat menyaksikan upacara/festival yang dihiasi bermacam-macam warna.





Dimulai pada abad ke-16, Westminster dan kota Dinding Tua tumbuh bersama dan mencakup pinggiran kota antara keduanya, Penduduk yang menyukai rumah bergaya country harus bepergian ke arah barat laut Westminster. Saat ini West End menghiasi London dengan sejumlah toko yang menarik, teater, restoran dan hotel.
The West End
Perkembangan populasi mulai berdampak pada perbatasan kota yang lama segera setelah peristiwa kebakaran hebat th. 1666. Pedagang yang rumahnya telah terbakar, membangun rumah baru kembali di bagian barat kota. Bagian kota ini masih dikenal dengan sebutan the West End. The West End memiliki jalan yang lebar dan megah. Banyak rumah yang dikelilingi oleh taman berbentuk petak persegi dan ditumbuhi oleh pohon, rumput, taman bunga, yang terbagi oleh jalan-jalan setapak. Beberapa dari petak persegi ini masih sangat mencolok dengan pagar besi disekelilingnya sehingga hanya dapat digunakan oleh penghuni rumah disekitarnya. Hal lain seperti Russell Square dan Grosvenor Square terbuka untuk umum. Karena sebagian rumah terlalu besar dan mahal untuk keluarga pribadi maka sekarang telah ada bangunan-bangunan kantor, rumah-rumah apartmen, dan hotel-hotel pribadi.
Picadilly Circus adalah salah satu dari tiga pusat kemacetan di London. Yang lain yaitu the Bank, di kota dekat Bank of England, dan Charing Cross, dekat batas Westminster di tepi sungai. “Circus” merupakan kata Latin dari circle/lingkaran. Regent Street, Shaftesbury Avenue dan Hay Market semuanya mengarah pada Circus. Disekitarnya ada terdapat teater, gedung pertunjukan, termasuk Drudy Lane, teater tertua London.





The East End
Sementara golongan orang kaya berkembang di the West End, para pekerja membangun rumah mereka di sebelah timur kota. Pada pemerintahan Ratu Elizabeth, perkampungan kumuh berkembang di belakang galangan kapal di bawah London Bridge. Galangan kapal ini memproduksi kapal-kapal yang di ekspor ke Dunia Baru dalam peperangan melawan Spanyol. Mereka membutuhkan banyak pekerja. Pekerja yang tinggal di pinggiran mendiami desa-desa seperti Bethnal Green dan menyebar ke sebelah timur sungai Thames. Bagian kota London ini disebut the East End.
Rumah-rumah yang ada berukuran lebih kecil, lebih rendah, dan seringkali dihuni banyak orang. Banyak diantaranya dibangun pada awal abad ke-19, sebelum orang-orang menyadari pentingnya perencanaan kota dan sanitasi yang baik dan memenuhi syarat kesehatan. Bersama-sama dengan Cockneys (penduduk London yang terlahir bersamaan dengan suara bel Bow, bel dari St. Mary-Le-Bow, gereja tua di London), banyak penduduk dari daerah lain menetap dan bekerja di the East End.
Pelabuhan dan sungai
Para pekerja di dermaga dan pelaut yang tinggal di the East End London menjadikannya pelabuhan besar sejak jaman Romawi. Kapal yang berlayar dahulu berlabuh di the Pool of London, di bagian bawah London Bridge mengikuti aliran sungai. Pada abad pertengahan, tempat bongkar muatan adalah Billingsgate, dekat the Tower. Di Billinggates ini, pasar ikan bermula pada abad ke-9. Dewasa ini kapal-kapal besar tidak bisa lagi menggunakan the Pool of London, meski kapal yang lebih kecil masih dapat menggunakannya, Kapal-kapal besar itu membongkar muatannya dari segala penjuru dunia di tempat bongkar muat baru dan lebih modern terletak agak jauh dari situ.
Cara terbaik untuk menelusuri sungai adalah menggunakan kapal-kapal wisata. Dimulai dari dermaga kecil di Westminster dan Charing Cross, kemudian berlayar melewati the Tower dan melalui bagian bawah Tower Bridge, mereka berlayar melewati Pelabuhan London terus menuju Royal Naval College di Greenwich. Bila kita melihat ke bagian hulu sungai maka dapat kita saksikan banyak sekali jembatan yang menghubungkan London sebelah utara sungai Thames ke sebelah tepi selatan sungai Thames, seperti Southwark dan Lambeth..
Jembatan London dan Transportasi
Dahulu, Londoners menggunakan sungai Thames sebagai jalur transportasi utama, karena tidak ada bagian kota London yang jauh dari sungai. Banyak perahu kecil membawa orang naik-turun dan rumah-rumah dekat sungai Thames mempunyai tempat labuhan pribadi dengan tangga menuju ke sungai. Sungguh menyenangkan bepergian dengan perahu dibanding menggunakan jalan-jalan yang padat dan kotor. Untuk menyeberang sungai, orang-orang menggunakan London Bridge, ke arah hulu dari the Tower. Sepanjang permukaan air di ujung selaan jembatan di Southwark, orang-orang kaya membangun apartemen dengan perkampungan kumuh diantaranya. Dewasa ini, Southwark adalah tempat the Royal Festival Hall dan kompleks the New National Theatre, dimana beberapa pertunjukan diselenggarakan dalam waktu yang hampir bersamaan.
Penduduk London juga dapat menyeberangi sungai Thames dengan menggunakan kapal ferry. Berangkat dari Westminster menuju ke istana the Archbishop of Cantebury di Lamberth. Hingga sebelum tahun 1750 ketika Westminster Bridge selesai dibangun, jembatan yang ada hanya London Bridge. London Bridge lama memiliki rumah di atasnya, rumah tersebut kecil, padat dan terdesak oleh penuhnya barang dan manusia. Pada pertengahan abad 18, rumah dan toko dihancurkan dan membuat London Bridge lebih luas serta aman. Tahun 1769, jembatan ketiga, Blackfriar’ s Bridge dibuka.



Selama abad ke 19 lebih banyak lagi jembatan yang dibangun, termasuk jembatan rel kereta api yang membawa lalu lintas London ke stasiun baru di London. Dewasa ini London mempunyai beberapa stasiun kereta api yang disinggahi oleh kereta api dari seluruh negara sama seperti Heathrow International Airport, salah satu bandara terbesar di dunia.
Selain transportasi diatas, penduduk London juga menggunakan angkutan darat yang lain. Perkembangannya mulai dari kereta kuda, lalu bus yang ditarik oleh kuda, hingga bus dengan tenaga mesin. Disamping bus juga ada kereta api bawah tanah yang merupakan akses paling cepat dari satu bagian London ke bagian yang lain.
London Dewasa Ini/ London Modern
Bila kita berkunjung ke London sekarang, maka dapat kita lihat wajah London sebagai tempat yang sangat menyenangkan, terutama saat matahari terbit. Pada musim dingin, seluruh kota tertutup oleh kabut tebal hingga kita mengira akan dapt mengambil sesendok penuh kabut. Londoners menyebutnya pea-soup kabut karena kabut dan asap batubara bercampur menjadi satu dan membuat udara menjadi kuning kehijauan. Fenomena ini sekarang jarang ditemui karena penggunaan batubara yang menghasilkan asap dilarang oleh pemerintah. Udara jauh lebih bersih sehingga London terlihat lebih bersinar dibanding dulu dan bangunan-bangunan dapat dibersihkan dari debu hitam akibat batubara.
Bagian yang menyenangkan bila berkunjung ke London adalah adanya berbagai museum yang dapat kita telusuri, kemudian bangunan-bangunan lama yang masih dengan megah berdiri dan tersebar di seluruh kota London. Dan tidak hanya bangunan lama, juga ada toko-toko bergaya masa kini yang tak kalah menariknya. Menurut seorang penulis Inggris, Samuel Johnson, bahwa bila seseorang bosan terhadap London, maka dia juga bosan terhadap hidup karena di London tidak ada bagian kehidupan yang tak dapat ditemukan. Sangat menguntungkan bagi pengunjung kota London, mereka dapat menemukan masa lalu, masa kini, bahkan masa depan di kota ini sebab ketiganya bercampur bersama dan hidup serta berkembang berdampingan hingga sekarang.